Oleh : Dwi Novitasari
Pada tanggal 4-7 Maret 2012, Uni Arab Emirates University menyelenggarakan “2nd International Conference on Renewable Energy: Generation and Applications (ICREGA’12).” Acara ini merupakan kelanjutan dari “1st International Conference on Renewable Energy: Generations and Applications” pada Maret 2010 yang juga diadakan di Al Ain, Uni Emirat Arab. Konferensi ini bertujuan untuk mengumpulkan para ilmuwan dan insinyur dari akademisi dan industri untuk membahas teknik-teknik terbaru di bidang yang luas dari aplikasi energi terbarukan. Beberapa isu yang dibahas disini antara lain Solar Photovoltaic and Thermal Energy, Wind Energy Systems, Fuel Cells Systems, Biofuels, Energy Storage Systems, Electrical Energy Market, Management and Economics dan masih banyak lagi yang tentunya berkaitan dengan energi terbarukan dan aplikasinya di masyarakat.
Kamase juga ikut ambil bagian dalam konferensi ini. Kamase mengirimkan 3 judul poster yang kesemuanya diterima untuk dipresentasikan di Al Ain. Ketiga judul poster tersebut adalah Solar Power System by Gadjah Mada University for Disaster Area in Padang, West Sumatera, Indonesia, Development of Solar Water Pumping System in Giriharjo Village, Panggang District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta, Indonesia, The Kernel Stove Program For Community Around Palm Plantation. Dalam ICREGA’12 ini terdapat 112 paper penelitian, 35 presentasi poster mahasiswa dan dihadiri 25 negara yang berbeda. Event ini juga diadakan beberapa workshop dan keynote Lectures. Juga terdapat Exhibition yang memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan untuk memajang produk-produk mereka. Kesempatan presentasi di Al Ain yang telah di depan mata pada akhirnya mengantarkan Hermawan Febriansyah berangkat ke UEA dan mempresentasikan posternya.
Berikut Pengalaman dan Kesan Pesan yang disampaikan Hermawan Febriansyah
Merupakan sebuah pengalaman berharga bagi saya dapat menghadiri konferensi Internasional energi ICREGA 2012 ini untuk mempresentasikan proyek penelitian saya yang berjudul “The Kernel Stove Program for Community Around Palm Plantation”, mengingat proses panjang yang harus saya lewati. Mulai dari pencarian dana untuk pembiayaan ke UAE, pengurusan administrasi (Paspor, Visa) hingga aktivitas selama di UAE.
Untuk pendanaan ke UAE, saya berhasil mendapatkan sponsor dari Bank Mandiri, mitra dari program beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat yang sudah 2 tahun terakhir memberikan tunjangan beastudi kepada saya. Bank Mandiri juga yang telah mendanai proyek penelitian tersebut selama kurang lebih 1 tahun. Awalnya saya ragu, mengingat pembiayaan penelitian sudah didanai Bank Mandiri apakah masih bisa mengajukan kembali untuk mempresentasikan dalam konferensi. Ternyata didanai juga. Meski begitu, saya sudah berusaha mencari sumber dana di berbagai perusahaan, bahkan saya mencoba langsung ke kedubes UAE di Kuningan, Jakarta. Namun, hasilnya nihil.
Setelah dana di tangan, dengan waktu tinggal 10 hari lagi, saya harus mengurus Tiket dan Visa. Untungnya paspor sudah dipersiapkan sebelumnya yang pembuatannya memakan waktu kurang lebih 7 hari. Untuk pengunjung dari Indonesia, UAE mengeluarkan kebijakan untuk pengurusan melalui Airlines, hanya bisa dilakukan dengan pesawat Emirates dan Etihad. Namun untuk keberangkatan tanpa ditemani (Unaccompanion passenger) laki-laki usia dibawah 23 tahun, hanya pesawat Emirates yang bisa menerbitkan Visa. Tentunya dengan melengkapi berbagai berkas yang disyaratkan. Kurang lebih 5 hari, Visa UAE tipe Turis sudah diterbitkan.
Menilik kembali penelitian saya sendiri, projek saya bertujuan untuk mengembangkan potensi limbah pengolahan minyak kelapa sawit yaitu bagian cangkangnya sebagai bahan bakar terbarukan untuk memasak. Dengan kalori yang dikandung cangkang sawit mencapai 4000 kalori/gram, mirip dengan cangkang kelapa biasa, namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari kelapa, membuat cangkang kelapa sawit menjadi lebih praktis untuk dapat dipergunakan secara langsung sebagai bahan bakar. Dengan ide sumber daya lokal untuk masyarakat lokal, program ini ditujukan memanfaatkan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar kompor untuk memasak bagi komunitas masyarakat perkebunan sawit. Kompor tersebut menjadi objek penelitian untuk diteliti dan direkayasa sehingga didapatkan kompor terbaik, baik dari segi ergonomisnya maupun dari segi ekonomis. Penelitian berhasil mendapatkan prototype kompor yang ekonomis, hanya Rp 70.000 / Unitnya dengan bentuk yang ergonomis, panas optimal, irit bahan bakar, bebas asap dan sedikit abu, sehingga cukup ramah lingkungan.
Video