PASSIVE COOLING
Hari, tanggal : Minggu, 8 Maret 2015
Waktu : 20.00 – 21.30 WIB
Tema : Energy Building (Passive Cooling)
Narasumber : Ariel Alfata
Moderator : Suci Wulandari
Materi
Passive Cooling adalah upaya pemanfaatan aspek lingkungan dan bangunan itu sendiri untuk mendapatkan efek pendinginan pada bangunan gedung. Artinya tanpa mengguanakan daya mekanis (AC). Lalu mengapa Passive Cooling menjadi penting? Karena sektor bangunan gedung (komersial dan rumah tangga) mengonsumsi banyak energi, terutama untuk pendinginan. Di Indonesia, sektor ini mengonsumsi sekitar 42% dari energi listrik. Beberapa penelitian menyebutkan sebaian besar digunakan untuk pendinginan. Di gedung kantor, sebuah penelitian menghasilkan bahwa sektor ini mengonsumsi sekitar 58% dari total energi listrik.
Passive Cooling tidak dapat dilepaskan dari thermal comfort karena target dari Passive Cooling adalah menghasilkan lingkungan termal yang nyaman untuk dihuni. Prinsip Passive Cooling yang utama ada dua, cegah panas masuk atau buang panas dari dalam ke luar. Prinsip tersebut berkaitan dengan perpindahan panas. Jadi, Passive Cooling adalah bagaimana mencegah panas masuk ke dalam ruangan baik melalui konduksi, konveksi, dan radiasi.
Beberapa Passive Cooling strategis antara lain, radiant cooling, evaporating cooling, convective cooling, dan insulation. Radiant cooling adalah pendinginan struktur bangunan atau selubung bangunan melalui pelepasan radiasi gelombang panjang ke langit, terutama pada malam hari. Saat ini, teknik tersebut juga berkembang dengan memanfaatkan bahan pendinginan yang dipasang di lantai atau langit-langit untuk menyerap pansa dari ruangan. Evaporating cooling, sesuai namanya menggunakan air sebagai heat sink untuk mendinginkan suhu udara. Convective cooling adalah upaya pendinginan dengan memanfaatkan kecepatan udara. Beberapa penelitian menyebutkan night ventilation cukup efektif utnuk mendinginkan struktur dan selubung bangunan, tetapi juga tergantung thermal mass dari bangunan itu sendiri. Insulation adalah mencegah panas dengan menjadikan bahan bangunan tersebut insulatif. Selain beberapa hal yang disebutkan, shaidng devices juga dapat dijadikan sebagai salah satu cara Passive Cooling untuk mencegah radiasi langsung. Selain itu, orientasi bangunan juga tak kalah penting.
Questions
- Sejauh ini bagaimana perkembangan penggunaan Passive Cooling di Indonesia? Bagaimana jika dibandingkan dengan negara lain? Serta untuk di negara tropis sendiri apa kendala untuk digunakannya prinsip Passive Cooling ? (Yolanda)
Jawab :
Sebenarnya prinsip Passive Cooling sangat mudah untuk kita jumpai pada bangunan tradisional Nusantara. Orientasi bangunan misalnya, akan kita dapati kebanyakan rumah tradisional akan memanjang dari Barat-Timur guna mengurangi jumlah panas yang diterima oleh selubung bangunan. Bentuk dan arah atap juga misalnya. Atap ada;ah bagian selubung bangunan yang meneriam panas paling besar, antara 10-15 MJ/m2 setiap hari. Penggunaan bahan alang-alang untuk atap juga efektif untuk menahan panas dan di waktu yang bersamaan mampu mencegah panas cepat keluar di malam hari. Penggunaan bukaan yang lebar serta naungan yang lebar dapat mencegah radiasi langsung dan dapat menjadi thermal buffer zone. Pada bangunan modern, sepertinya tidak memanfaatkan Passive Cooling. Seperti kita lihat bangunan kantor yang full AC. Begitupun rumah tinggal yang belum memanfaatkan teknik ini. sebuah kearifan yang sudah ditinggalkan oleh generasi sekarang.
- Passive Cooling memang bisa menjadi salah satu solusi efisiensi energi. Namun, manakah yang lebih mudah, inovasi di bidang teknologi refrigrasi (AC) atau penerapan Passive Cooling, juga ditinjau dari segi ekonomi? (Bahrul)
Jawab :
Passive Cooling akan membantu mengurangi cooling load bangunan, sehingga secara langsung akan mengurangi penggunaan energi pada AC. Ketika mendesain AC, tentu yang diperhatikan adalah berapa kapasitas AC yang akan dipasang di mana kapasitas tersebut akan menyesuaikan dengan cooling load. Penelitian di Singapura, menunjukkan penggunaan Passive Cooling akan menurunkan cooling load hingga 11%.
- Passive Cooling dapat diatur dari perancangan desain material ruangan/gedung. Lalu berapa kira-kira modal yang dibutuhkan? Dan bagaimana perbandingan dengan penghematan yang dihasilkan? Kemudian Passive Cooling apa yang paling pas diterapkan di kantor/gedung bertingkat? (Damar)
Jawab :
Apabila bangunan tinggi maka akan berbahaya jika menggunakan ventilasi. Maka yang realistis adalah penggunaan insulasi pada material dinding dan atap. Radiant cooling seperti penggunaan bahan pendingin pada dinding untuk menyerap panas juga feasible sebab pada bangunan tinggi dinding akan menerima panas lebih banyak. Secara desain, corridor bisa dimanfaatkan. Artinya, daerah pinggir digunakan untuk corridor atau corculation space, sementara ruang kerja berada di tengah.
Pertanyaan yang belum sempat terjawab karena waktu diskusi habis :
- Apa produk teknologi terbaru yang sudah ditemukan pada bidang Passive Cooling? Bagaimanakah cara kerjanya? (Imron)
- Gedung-gedung di Jakarta sudah terlanjur dibangun tanpa menggunakan prinsip Passive Cooling, lalu bagaimanakah solusinya? Apakah bisa dilakukan modifikasi? (Dewi)
- Bagaimana penerapan Passive Cooling pada existing building? Apa harus mengubah bentuk atau bisa dilakukan modofikasi? (Chairil)