Oleh : Aries A
Energi yang berasal dari matahari atau yang biasa disebut energi surya telah lama dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh manusia. Energi surya yang termasuk energi terbarukan karena sumber energinya yang hampir tak terbatas karena umur matahari yang mencapai miliaran tahun, digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti energi fosil yang suatu saat nanti akan habis. Seperti yang kita ketahui bersama, di antara sumber-sumber energi lain, sumber energi yang paling bersih atau ramah lingkungan adalah energi surya.
Meskipun penggunaan energi surya memiliki kelebihan yaitu tidak menghasilkan limbah seperti pada penggunaan sumber-sumber energi lain tetapi penggunaan energi surya hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari. Sehingga hanya dapat optimal pada beberapa jam saja. Selain itu penggunaan energi surya dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Itu merupakan salah satu hambatan di dalam penggunaan energi surya.
Selama beberapa dekade, ilmuwan-ilmuwan dan insinyur di berbagai belahan dunia membahas kemungkinan penggunaan energi surya dengan menempatkan PLTS (Pembangkit Listrik tenaga Surya) di luar angkasa.
Meskipun terdengar seperti dalam fiksi ilmiah tetapi para ilmuwan dan insinyur di badan antariksa nasional Jepang JAXA (Japan Aerospace eXploration Agency) telah lama meneliti dan merancang proyek bernilai miliaran dolar tersebut. Bahkan para peneliti di JAXA sudah mulai membangun perangkat kerasnya. Proyek yang diberi nama SSPS (Space Solar Power System) ini akan terdiri atas sebuah panel surya raksasa yang dilengkapi dengan kolektor-kolektor dan sistem transmisi daya yang akan diletakkan di orbit geostasioner pada ketinggian 36.000 km di atas permukaan bumi. Sistem transmisi daya akan mengubah sinar matahari yang ditangkap oleh panel surya menjadi berkas gelombang mikro atau laser yang sangat kuat yang akan diarahkan ke stasiun penerima di permukaan bumi yang letaknya masih disesuaikan. Di stasiun penerima, gelombang elektromagnetik atau foton tersebut diubah menjadi listrik. Frekuensi yang digunakan pada transmisi ini berada pada rentang 2.45 GHz dan 5.80 GHz yang merupakan rentang frekuensi untuk keperluan ilmu pengetahuan.
JAXA menargetkan di tahun 2030 SPSS sudah dapat dioperasikan dan menghasilkan listrik 1 dengan kapasitas 1 gigawatt. Listrik 1 gigawatt ekuivalen dengan PLTN (Pembangkit Listrik Tenega Nuklir) skala menegah dan diprediksikan akan cukup memberikan pasokan listrik sekitar untuk 500.000 rumah. Rencananya, listrik yang dihasilkan akan dijual dengan harga delapan sen per Kwh yang enam kali lebih murah dibanding dengan tarif di Jepang sekarang.
Jika proyek ini dapat terwujud, dengan energi matahari yang melimpah ruah di luar angkasa, energi dari matahari akan dapat diperoleh selama 24 jam penuh dan itu akan mengatasi hambatan di dalam penggunaan energi surya yang selama ini ada. Selain SPSS tidak akan terpengaruh oleh cuaca, SPSS dapat mengurangi percepatan pemanasan global di bumi.
Sebuah kemajuan teknologi yang luar biasa.
Kapan yah negara Indonesia yang kita cintai ini dapat mengikuti langkah yang telah dimulai oleh negara matahari terbit tersebut?Sepertinya kita masih harus banyak berbenah diri.
Nice post gan 🙂