Bahan Bakar Minyak (BBM) serta Permasalahan Supply Energi Nasional INDONESIA : Tantangan Optimasi Supply dan Demand menuju Sustainable Energy Future
Oleh : Yollanda Zilviana Devi
Kondisi BBM di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan kependudukan terpadat ke empat di dunia. Hal ini berdampak pada tingginya kebutuhan energi di Indonesia. Dalam pemenuhan kebutuhan energinya, sejauh ini bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi primer, khususnya bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak digunakan secara besar-besaran untuk pemenuhan kebutuhan energi di sektor transportasi dan kelistrikan. Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak ini, membuat bahan bakar minyak menjadi komoditas utama dan krusial di sektor energi. Padahal, bahan bakar minyak bukanlah energi yang dapat diperbaharui. Bahan bakar yang berasal dari fosil ini membutuhkan waktu jutaan tahun untuk dapat terbentuk.

Persediaan minyak bumi di Indonesia pun saat ini mulai berkurang. Berdasarkan data produksi minyak bumi di Indonesia, penurunan produksi minyak bumi diprediksikan akan terus terjadi. Bahkan sudah sejak lama terjadi gap antara pertumbuhan permintaan minyak bumi Indonesia dengan produksi minyak bumi di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia masih melakukan impor minyak bumi. Berikut adalah data permintaan dan produksi minyak bumi di Indoesia yang tersaji dalam bentuk grafik.

Impor minyak bumi di Indonesia ini ternyata berimbas pada membengkaknya anggaran pemerintah yang tercantum dalam APBN. Penjabaran ini membuktikan bahwa energi merupakan komoditi yang sangat penting dan tergolong mahal.
Di sisi lain, perlu kita ingat bahwa Indonesia merupakan suatu negara kepulauan, dimana daerah kedaulatannya membentang dari Sabang sampai Merauke. Seluruh daerah tersebut secara hukum memiliki hak yang sama atas fasilitas seperti infrastuktur. Namun pada kenyataannya tidak semua daerah di Indonesia yang mendapat hak tersebut. Jika ditinjau dari sektor energi saja, cukup terlihat adanya kesenjangan. Dapat terlihat jelas bahwa sumber energi seperti bahan bakar minyak, terdistribusi tidak merata
Data menyebutkan bahwa distribusi penggunaan minyak bumi di Indonesia cenderung terpusat di Pulau Jawa. Di luar Pulau jawa, bahan bakar minyak sangat sulit didapat. Harganya pun jauh lebih mahal dari bahan bakar minyak yang dijual di Pulau jawa. Akibatnya, masyarakat luar Jawa tidak bisa merasakan efek subsidi BBM yang dilakukan pemerintah. Padahal subsidi inilah yang menyebabkan APBN membengkak.
Selain dari segi distribusi, ternyata BBM membawa kita konsentrasi juga pada isu lingkungan. Berdasarkan penelitian, Indonesia memasuki peringkat ke-3 sebagai negara penghasil emisi karbon tertinggi di dunia.Walaupun penyebab utamanya adalah pembakaran lahan gambut di kawasan Kalimantan, namun sektor transportasi merupakan sektor yang memberikan kontribusi emisi yang cukup besar. BBM ternyata mampu menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan CO. Berikut adalah data penggunaan alat transportasi di Indonesia

Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa Indonesia memiliki permasalahan terkait ketahanan energi di Indonesia. Masalah pertama adalah sudah terjadi gap antara permintaan dan produksi bahan bakar minya selaku sumber energi primer di Indonesia. Masalah kedua adalah penyebaran supply energi di seluruh wilayah Indonesia yang masih sangat kurang. Hal ini mengarahkan suatu pertanyaan, apakah bahann bakar minyak bumi masiih akan dijadikan sumber energi primer bagi Indonesia ke depan ? Apakah kedaulatan energi di Indonesia masih bisa tercapai dengan masih bergantungnya masyarakat dengan bahan bakar minyak ? Apakah Indonesia masih akan menggantungkan energi pada bahan bakar minyak, dengan konsekuensi tingginya emisi yang dihasilkan ?
Solusi Pemerintah
Melihat berbagai masalah yang dihadapi baik dari segi lingkungan, ketahanan energi serta penyebaran energi di wilayah Indonesia, pemerintah telah mengadakan berbagai perencanaan terkait isu tersebut. Dalam meninjau isu menurunnya produksi minyak bumi di Indonesia, pemerintah menemukan peluang penggunaan energi lain, yaitu gas alam. Seiring dengan menurunnya produksi minyak bumi Indonesia, produksi gas alam mengalami peningkatan. Berikut adalah tabel perbandingan persediaan minyak bumi dan gas alam di Indonesia.

Gas alam menghasilkan emisi yang sangat rendah jika dibandingakan dengan BBM. Maka dari itu, hal ini juga sangat cocok untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia. Berikut adalah tabel mengenai perbandingan emisi pada bahan bakar gas alam.

Namun, pemanfaatan energi dari gas alam ini masih sangat kecil dan jauh dari kata optimal. Melihat hal tersebut, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan dan badan-badan terkait merencanakan adanya konversi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG). Rencana pemerintah ini didukung oleh perusahaan-perusahaan otomotif melalui inovasi-inovasi alat transportasi yang siap menggunakan bahan bakar gas. Hal ini cukup menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ketahanan energi di Indonesia.
Namun, pemanfaatan bahan bakar gas di Indonesia masih sangat diragukan di kalangan masyarakat. Bagi masyarakat awan, ketakutan akan potensi yang timbul dari bahan bakar gas menimbulkan pesimisme yang cukup kuat dalam peralihan ke bahan bakar gas (BBG). Di sisi lain secara infrastuktur, pemerintah dianggap belum cukup siap dalam beralih ke BBG. Konversi BBM ke BBG oleh pemerintah memerlukan pembangunann infrastuktur yang membutuhkan anggaran yang cukup besar. Bahkan salah satu komponen infrastuktur tersebut, mengharuskan Indonesia mengimpor teknologi dari negara lain dengan harga yang cukup tinggi. Maka dari itu, pemilihan bahan bakar gas sebagai sumber energi primer pengganti BBM harus dipertimbangkan dengan matang. Pertimbangan yang ada diperlukan perhhitungan secara ekonomi yang juga mempertimbangkan penggunaan pada jangka waktu yang lama. Melalui pertimbangan pemerintah ini, diharapkan nasib BBG tidak seperti nasib BBM di Indonesia saat ini, mengingat persediaan BBG diperhitungkan hanya bertahan sampai sekitar 60 tahun mendatang.
Selain itu, pemerintah juga telah mengambil keputusan untuk mengurangi subsidi BBM di Indonesia. Harapannya, dana APBN dapat menurun, serta ketergantungan masyarakat akan bahan bakar minyak juga berkurang. Melalui pengurangan subsidi ini, dana rencananya akan dialokasikan untuk membangun berbagai infrastuktur baik dari sektor energi kesehata dan lainnya guna meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Kemudian, untuk isu lingkungan terkait tingginya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan Indonesia, pemerintah memiliki beberapa solusi. Pemerintah mencanangkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2030. Tingginya target penurunan emisi gas rumah kaca ini direalisasikan pemerintah melalui pembentukan badan-badan pemerintahan yang bertugas merencakan mitigasi peningkatan emisi karbon. Ada juga beberapa badan swasta pula yang juga membuat perencanaan-perencanaan terkait mitigasi dampak perubahan iklim. Sebagian besar mereka mengincar sektor transportasi sebagai target penurunan emisi. Salahs atu rencananya adalah penggalakan penggunaan transportasi publik.
Dari penjabaran tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa dengan penurunan penggunaan transportasi pribadi dan pengalihan transportasi publik, menyebabkan penurunan konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak. Hal ini merpakan rencana yang dapat menjadi langkah yang tepat bagi pemerintah dalam mengatasi masalah di bidang energi. Namun sayangnya, rencana pemerintah terkait pengurangan transportasi pribadi kurang terkoordinasi dengan peraturan lainnya. Terbukti masih kurangnya langkah pemerintah dalam membatasi pembelian transportasi pribadi. Sebenarnya, pemerintah bisa saja mengurangi transportasi pribadi dengan meningkatkan pajak alat transportasi ataupun penerapan beberapa regulasi.
Tantangan dan Faktor Penting
Dalam menghadapi masalah energi ini, pemerintah perlu memperhatikan beberapa faktor terkait kebijakan yang diambil serta tantangan yang akan dihadapi. Hal-hal tersebut antara lain
- Adanya rencana pengurangan penggunaan BBM di Indonesia selain peningkatan harga BBM, misalnya dari penetapakan suatu regulasi.
- Adanya kesinergisan kebijakan pemerintah dari satu masalah ke masalah lainnya. Hal ini terkait pengurangan subsidi BBM muntuk mengurangi jumlah transportasi pribadi di Indonesia. Namun, pemerintah tidak membatasi jumlah penggunaan transportasi pribadi di Indonesia.
- Terkait kebijakan pengalihan BBM ke BBG, pemerintah harus benar-benar memperhatikan kesiapan dari segi infrastuktur. Selain itu, perlunya membangun optimisme masyarakat akan teknologi yang sudah berkembang, sehingga safety akan penggunaan BBG bisa diterima dengan baik.
- Perlu adanya transparansi yagn jelas terkait dana APBN yang merupakan alasan utama dikuanginya subsidi BBM.
- Pemerintah membuka kesempatan luas untuk meningkatkan eksistensi energi alternatif.
Selain itu, selaku masyarakat terdidik ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan mahasiswa dan akademisi lainnya yaitu
- Meningkatkan kesadaran untuk meggunakan energi secara produktif
- Mengedukasi masyarakat untuk menggunakan energi secara efektif
- Menyadarkan masyarakat bahwa ketersediaan minyak di Indonesia sudah menipis