Begitu dilantik pada hari Kamis, 22 Oktober 2009 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dr Darwin Zahedy Saleh langsung dihadapkan pada proyek pembangunan proyek listrik 10 ribu MW tahap II yang merupakan kelanjutan dari proyek yang lalu. Beliau berjanji akan mengoptimalkan pemanfaatan energy panas bumi (Geothermal) pada proyek listrik 10 ribu MW tahap kedua ini (Okezone.com).

Merupakan keputusan yang tepat untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang pada proyek pertama memanfaatkan batu bara dimana bahan bakar fosil. Di proyek tahap kedua ini pemerintah menggunakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan yakni energi panas bumi.

Saat ini kapasitas terpasang PLTP yang telah dikembangkan dan dioperasikan adalah sebesar 1.130 MW, dengan rincian di Pulau Jawa-Madura-Bali sebesar 1.060 MW, Sumatera 10 MW dan Sulawesi 60 MW atau baru sekira 4,2 persen yang dimanfaatkan dari total potensi panas bumi yang dimiliki oleh Indonesia sebesar 27.000 megawatt elektrik (MWe).

Jawa Barat memiliki potensi sumber daya alam panas bumi yang luar biasa besar dan merupakan yang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 5411 MW atau 20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagian potensi panas bumi tersebut meskipun telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik seperti: PLTP Kamojang, PLTP Darajat, PLTP Gunung Salak dan PLTP Wayang Windu tentunya masih perlu ditingkatkan lagi dalam pemanfaatan potensi geothermal di indonesia mengingat kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat.

Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan “karakternya”. Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi. Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu MW, diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. (http://b3.menlh.go.id)

Meskipun pada awal tahap pembangunan PLTP menghabiskan biaya yang cukup besar akan tetapi dalam pengoperasiannya nanti jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil maka akan menghabiskan biaya operasi jauh lebih murah. Mengingat harga minyak dunia yang terus meningkat yang saat ini menembus US$ 80,4 per barel dan cadangan bahan bakar fosil yang terus menipis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.