Oleh : Muhammad Ery Wijaya*
Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) di Indonesia kembali menjadi perdebatan publik. Sejak tahun 2003 hingga sekarang, TDL tidak pernah berubah, khususnya  di sektor rumah tangga dan industri. Sejak jaman dahulu hingga sekarang, TDL untuk rumah tangga tidak pernah mencapai harga keekonomisannya, sehingga pemerintah diwajibkan untuk mengalokasikan sebagian dari APBN  untuk memberikan subsidi kepada PLN atas perbedaan harga yang terjadi antara TDL dengan harga produksi listrik yang sebenarnya. Maksud pemberian subsidi adalah untuk membantu masyarakat kecil menikmati listrik dengan harga murah, agar perekonomian dan pembangunan nasional bisa tumbuh.

Namun ironisnya, kebanyakan subsidi listrik justru tidak sesuai sasaran, mayoritas malah dinikmati oleh sektor rumah tangga yang berlangganan listrik dalam daya yang besar, yakni 2200 VA ke atas. Notabene pelanggan 2200 VA ke atas adalah perumahan mewah dengan penghasilan puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan. Berbagai peralatan elektronik terbaru dan yang mengkonsumsi listrik banyak bisa kita temukan di pelanggan golongan ini. Mulai dari penghangat air, pendingin ruangan, lampu hias, dsbnya.

Berbicara tentang TDL sepatutnya kita juga berbicara tentang biaya produksi untuk menghasilkan listrik. Biaya produksi listrik merupakan salah satu komponen penting dalam proses investasi, dengan biaya produksi yang rendah tentunya akan semakin menguntungkan bagi investor. Formula untuk menghitung biaya produksi listrik ada bermacam-macam, namun secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua komponen utama, yakni: Fixed cost dan Variable cost. Fixed cost terdiri dari biaya kapital dan biaya tetap operasi dan pemeliharaan. Variable cost terdiri dari biaya bahan bakar dan biaya  operasi dan pemeliharaan yang tidak tetap.

Untuk dapat menghitung Fixed cost per unit pembangkitan listrik diperlukan beberapa data seperti, umur dari pembangkit listrik, load factor, dan discount rate.  Sedangkan untuk menghitung Variable cost dibutuhkan data tentang biaya bahan bakar, laju panas (heat rate), heat content/heating value dari bahan bakar dan discount rate. Keseluruhan biaya produksi listrik kemudian dapat dihitung dengan formula pada tabel berikut:

Dengan mengetahui biaya produksi listrik, maka kita seharusnya lebih peduli akan penggunaan energi listrik. Kemudian menyadari betapa besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada kita, terlebih lagi kepada pelanggan PLN di perumahan mewah. Menurut PLN, harga keekonomisan listrik yang diproduksi oleh mereka adalah 1.380 per kWh atau lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual rata-rata listrik PLN, yakni sekitar Rp670 per kWh.  Sehingga bisa kita bayangkan berapa besar uang rakyat yang salah sasaran dengan memberikan subsidi listrik kepada pelanggan kelas atas.

*Penulis adalah Chairman KAMASE periode 2006-2007, saat ini bekerja di Energy Laboratory, Asian Institute of Technology (AIT), Thailand. Bidang riset yang sedang ditekuni oleh penulis adalah energy planning and policy, energy economics dan renewable energy technology. Korespondensi dengan penulis bisa dilakukan melalui email: erywijaya@ait.ac.th

2 Replies to “Memahami Biaya Produksi Listrik”

  1. Nice post Mas Erry, 😯

    Tetapi yang menjadi problem bahwa di Indonesia buka-bukaan BPP belum dilakukan, sehingga publik hanya disuguhkan “hasil akhir” dari perhitungan tanpa di informasikan ke publik.
    Dengan menekan inefisiensi dalam pengelolaan energi listrik dan menerapkan strategi tata kelola energi yang baik untuk jangka pendek,menengah dan jangka panjang maka akan dapat diperoleh keekonomisan harga jual listrik yang murah dan wajar seperti amanat Perpres 5 tahun 2006 dan UU 30 th 2007 serta UU 30 th 2009.
    Sehingga dengan adanya informasi yang gamblang tentang asal usul BPP dan TDL, saya yakin masyarakat akan mengerti…. 😎
    Dan yang menjadi ironi juga adalah perencanaan energi, khususnya pemilihan dan pembangunan pembangkit listrik yang kurang pas…
    Seandainya pemerintah/PLN mau dan berkomitmen untuk menerapkan Distributed Generation atau Mikro/Mini Grid mungkin masyarakat tidak akan terlalu terbebani….

  2. setuju sekali mass
    selama ini masyarakat tidak diberikan informasi yang jelas ats dasar kenaikan TDL tersebut
    bahkan anggota DPR mungkin juga tidak mengetahuinya
    oleh karena itu perlu sosialisasi yang berkelanjutan
    selain itu peningkatan efisiensi pada industri2 perlu segera dilakukan
    pemerintah harus membuat standart2 yang mengatur hal tersebut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.