Didit Seto Pamuji

Masalah Energi merupakan isu global yang saat ini hangat didiskusikan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan energi yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya sektor industri, sementara di sisi lain cadangan  dari energi fossil  yang saat ini masih menjadi mainstrem semakin berkurang .  Tidak berhenti di sini, dampak penggunaan energi fossil sebagai penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global juga menjadi pemicu para pemerhati energi dan lingkungan untuk  terus mengembangkan sumber-sumber energi baru dan terbarukan (EBT) guna memenuhi permintaan energi yang terus meningkat dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, tidak terlepas dari masalah energi. Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia harus mempersiapkan diri dan mengantisipasi habisnya pasokan energi terutama dari sektor fosil. Untuk dapat mengimbangi antara permitaan dan pasokan energi guna menunjang pembangunan nasional dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, maka diperlukan diversifikasi dan intensifikasi energi. Diversifikasi energi dimaksudkan untuk penganekaragaman pasokan energi yaitu dengan menekan pemakaian energi fosil dengan memaksimalkan sumber daya energi yang tersedia seperti panas bumi (geothermal), biomassa, surya (solar), angin, dan bahan bakar nabati (BBN). Sedangkan intensifikasi energi dimaksudkan untuk meningkatan efisiensi pada tahapan produksi dan pemanfaatannya.

Dari beberapa sumber energi terbarukan, salah satu sumber energi yang potensial untuk dimanfaatkan adalah energi matahari atau solar. Indonesia sebagai negara tropis yang berada di khatulistiwa setiap tahun menerima radiasi cahaya matahari yang cukup stabil yaitu dengan rata-rata iradiasi sebesar 4,8 kWh/m2 setiap harinya [1]. Potensi yang luar biasa ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya guna meningkatkan kesejahteraan melalui aplikasi seperti solar power plant dalam skala besar atau  solar home system (SHS) dalam skala yang lebih kecil, solar water pumping system (SWPS), solar heater, solar dryer, dan berbagai aplikasi lain guna meningkatkan taraf  hidup.

Walaupun memiliki potensi yang begitu luar biasa di sektor energi terbarukan pada umumnya dan energi surya pada khususnya, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia masih belum mampu secara mandiri dalam memanfaatkannya. Ditambah lagi kondisi di lapangan bahwa energi terbarukan masih belum bisa bersaing dengan energi fosil baik dari segi ekonomi maupun dari segi efisiensi. Kemandirian dalam upaya pemanfaatan energi terbarukan dalam hal ini energi surya merupakan suatu langkah penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya saing dan sebagai bentuk persiapan mengantisipasi habisnya cadangan energi fosil di masa mendatang. Kemandirian di sini dimaksudkan pada kemampuan untuk memproduksi komponen-komponen pada sistem pemanfatan energi surya mulai dari panel surya atau solar cell, baterei atau aki sebagai energy storage, controller, dan inverter untuk mengubah energi DC menjadi energi AC sehingga dapat digunakan oleh perangkat elektronik. Sayangnya, saat ini Indonesia masih belum bisa memproduksi secara mandiri baik dari panel surya, energy storage, controller, dan inverter, adapun jika ada, misalnya baterei dan aki, perusaahan yang bersangkutan masih sangat bergantung dengan pihak asing.

Dengan dukungan sumber daya alam yang ada, kemandirian pada sistem energi surya adalah sebuah keniscayaan apabila Indonesia berani mengambil langkah taktis untuk terjun dalam dunia industri energi surya. Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa yang hanya mengandalkan sumber daya alamnya saja tanpa mau terjun di bidang industri, seiring berjalannya waktu bangsa tersebut akan lenyap di telan zaman, sebagaimana Yunani. Sementara di sisi lain, bangsa yang dari segi sumber daya alamnya kurang tetapi kuat di sektor industri dan pengembangan teknologi maka bangsa tersebut bisa berkuasa dan bahkan memanfaatkan kekayaan sumber daya bangsa lain guna memajukan industri mereka, sebagaimana Amerika, Jepang, dan China. Jika sektor sumber daya alam dan industri dalam hal ini untuk memajukan energi terbarukan di Indonesia bisa bersatu, maka Indonesia tidak hanya akan menjadi negara yang mandiri di bidang energi akan tetapi juga dapat berperan di kancah internasioanal dan menjadi pionir dalam memajukan pengguanaan energi terbarukan. Dari segi sumber daya silikon, data dari kementerian ESDM pada tahun 2008, Indonesia mempunyai deposit bahan mentah berupa pasir silika/kuarsa  sebesar  17,491 miliar ton yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia [2]. Melaui teknologi pengolahan yang telah ada, maka sejumlah 30 metrik ton pasir kuarsa dapat dikonversi menjadi Solar Grade Silicon (SGS) atau silikon dengan kadar kemurnian 99,998 % sejumlah 8 metrik ton. Melaui industri lebih lanjut, sejumlah SGS tersebut dapat dihasilkan solar cell dengan kapasitas 1 MW [2]. Sumber lain juga menyebutkan bahwa di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara memiliki sumber daya pasir silika sebesar 12 juta ton yang jika dikonversi maka akan menghasilkan solar cell dengan kapasitas 850 ribu MW [1]. Selain digunakan untuk produksi solar cell, silikon tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk fabrikasi material semikonduktor yang mana merupakan bagian terbesar pada pembuatan inverter. Sementara di sektor energy storage, Indonesia juga memiliki sumber daya timah hitam yang cukup melimpah, salah satunya di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara diperkirakan  adalah yang terbesar di Indonesia dan terkenal di Asia Tenggara [3]. Timah hitam ini merupakan bahan baku pembuatan aki dan baterei.

Walaupun untuk memulai industri ini dirasa sulit, baik berupa  investasi awal yang sangat besar dan seringkali biaya yang dikeluarkan untuk produksi lebih tinggi dari harga di pasaran, Indonesia tetap harus mencoba sebagai bentuk pembelajaran. Belajar dari China yang mungkin menerapkan metode ATM (amati, tiru, dan modifikasi), Industri di China berkembang dengan sangat pesat mulai dari sektor industri kecil sampai industri skala besar. Seringkali masyarakat dengan enteng menyibir bahwa produk China itu murahan dan umur pakai (life time) nya pendek, pertanyaannya adalah sudah mampukah Indonesia memproduksi produk-produk sekelas China ? Kenyataannya Indonesia belum mampu dan jika dicermati maka begitu banyak produk-produk buatan China yang beredar di Indonesia, tidak terkecuali beberapa komponen, seperti panel surya, baterei, dan inverter dalam sistem pemanfaatan energi surya.

Guna mencapai cita-cita indutrialisasi energi terbarukan secara umum dan energi surya secara khusus, Indonesia perlu mempersiapkan diri dan mengambil langkah-langkah taktis. Beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan adalah Pemerintah melalui kementrian ataupun bidang terkait memberikan dukungan baik dari segi kebijakan maupun pengalokasian anggaran. Sedangkan untuk mempersiapkan sumber daya manusianya sejak dini maka akan lebih baik jika lembaga pemerintahan terkait melakukan sosialisasi, bimbingan teknis, dan merancang kurikulum energi terbarukan bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) [5]. Dalam rangka penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) di bidang industri maka perlu digiatkan lagi kerjasama antara perguruan tinggi dengan  lembaga penelitian maupun  pengembangan teknologi seperti LIPI dan BPPT. Sudah saatnya Indonesia bangkit, mandiri,  dan ikut menjadi pemain dalam kancah pemanfaatan energi surya dengan basis  industri yang kuat yang didukung oleh kekayaan sumber daya alam, mineral, dan tambangnya.

 

Referensi :

[1] Klaster Energi Surya. “Lokakarya energi baru terbarukan dan konservasi energi”. ITB, 2011.

[2] Teknik Fisika ITB. “Menuju kemandirian industri solar cell dan fuel cell”. ITB, 2012.

[3] Anonim. “Timah hitam dan seng kabupaten Dairi diperkirakan terbesar di Indonesia”, 2011. dapat diakses di http: //eksposnews.com

[4] Kusdiana, Dadan. “Kondisi riil kebutuhan energi di Indonesia dan sumber-sumber energi alternatif terbarukan”. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008.

 

-Didit-

One Reply to “Industrialisasi Energi Surya, Suatu Langkah menuju Kemandirian Energi dan Meningkatkan Daya Saing Global”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.