Energy Talk #2
Enegry Talk kamase kali ini berthema Photovoltaic. Ari Bimo Prakoso, calon doctor lulusan NTU menjadi pemateri dengan memberikan pemaparannya tentang photovoltaic selama 2 jam penuh di laboratorium energi terbarukan jurusan Tenik Fisika UGM.
PV merupakan energi terbarukan yang kini sudah menjadi banyak perhatian dunia. Dalam sebuah data, yang disajikan dalam sebuah situs menyatakan bahwa jika dalam 6 titik-titik hitam dari peta dunia di bangkitkan energi listrik dengan photovoltaic dengan efisiensi 8% saja maka kebutuhan listrik di seluruh dunia akan tercukupi.
Gambar 1. Luas wilayah yang diperlukan oleh system PV untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi dunia yang ditunjukkan oleh titik hitam di peta
Dengan fakta ini, besar kemungkinan energi pv dikembangkan menjdi energi yang lebih menjanjikan. Terapat dua cara memanfaatkan PV yaitu ditinjau dari segi teknologi dan dari segi aplikasi. Teknologi PV saat ini sudah mencapai pv portable (thin film), pv yang dapat ditempel dimana- mana seperti di tas, di topi, hp dan lain lain. Dengan cara mencelupkan pv tersebut ke dalam air kemudian di buka layaknya mirip sebuah stiker. Dengan system portable tersebut, pv mampu diaplikasikan lebih optimal. Kabar gembira lain dari dunia per-PV-an, efisiensi PV yang ditunjukkan dari hasil penelitian di laboratorium sudah mencapai 44% dengan berbahan sel konsentartor.
Gambar 2. Teknologi thin film dalam beraneka ragam aplikasi pv di media portable
Dari sisi aplikasi, saat ini juga sudah terdapat PV yang digabung dengan genteng rumah, sehingga bukan lagi memasang PV di atas genteng, namun genteng itu sendiri sudah memiliki fungsi ganda juga sebagai pembangkit listrik tenaga surya. Aplikasi lain adalah PV yang dipasang di jendela rumah, bersifat semi transparan, ada pula lentera tenaga surya yang juga sudah diapliaksikan di desa-desa.
Masyarakat saat ini masih ragu untuk mengaplikasikan PV menjadi sumber energi pembangkit listrik dikarenakan harganya yang mahal. Sayangnya, hal tersebut memang berlaku di Indonesia. Di Amerika, harga listrik PV dan pembangkit listrik konvensional bersubsidi adalah sama. Lebih murah lagi di Jerman, harga PV di Negara tersebut lebih murah dibanding dengan pembangkit listrik konvensional.
Ini merupakan tantangan! Yang menjadi pertanyaan sekarang bukan apakah teknologi pv akan berkembang? Namun bagaimana cara memanfaatkan peluang ini -Laila
Gambar 3. Aplikasi PV
artikel yg menarik, potensi penggunaan energi surya di negara kita sangat besar, namun sayang aplikasinya sendiri sangat terbatas, kalau saja dari segi aplikasi lebih banyak dan beragam, ketergantungan akan bahan bakar fosil pasti bisa ditekan, sehingga lingkungan kita bisa lebih baik untuk kedepannya