Oleh : Thomas Ari Negara
Perubahan iklim global sebagai akibat adanya pemanasan global (global warming) merupakan tantangan yang sangat serius yang harus dihadapi di abad 21 ini. Pemanasan global sebagai akibat adanya Efek Rumah Kaca (ERK) yang diikuti oleh perubahan iklim akan menyebabkan perubahan-perubahan kondisi alam. Sejumlah bukti yang memperlihatkan adanya pemanasan global dalam kurun waktu 50 tahun terakhir disebabkan oleh ulah tangan manusia. Lihat saja disepanjang tahun 2002 terjadi banyak kejadian alam yang ekstrem (Gntheroth, 2002 dalam Rachmawan, 2006), yaitu munculnya badai El Nino di wilayah pasifik dan suhu si seputar garis katulistiwa meningkat 1 Celcius. Di Australia selatan panjang wilayah kebakaran hutan mencapai 3200 km. Di Cina pada bulan April terjadi badai salju terparah sejak 40 tahun terakhir dan banjir besar terjadi pada bulan Juni dengan ratusan korban jiwa. Bulan Agustus, terjadi banjir di wilayah timur India dan kekeringan parah di wilayah barat. Di Siberia mengalami suhu hangat yang tidak biasa di bulan Mei. Sementara di Moskow mengalami bulan Januari terhangat sejak 1904; suhu melonjak tiba-tiba dari minus 30 Celsius menjadi plus 3,5 Celsius.
Di wilayah Eropa kejadian ekstrem terjadi pada bulan Januari di Yunani, Turki, Mallorca dan Italia dimana bentuk curah hujan salju yang sangat tinggi. Sedang di wilayah utara Italia justru mengalami kekeringan. Di bulan itu juga badai besar melanda wilayah Eropa utara dan pegunungan Alpen yang kekurangan salju.
Di Afrika, sepanjang Juli hingga Agustus, kelaparan akibat kekeringan melanda Zimbabwe, Malawi, Zambia, Mozambik, Lesotho, Swaziland, Kenya (dimana curah hujan berkurang hingga 50%), dan Ethiopia. Namun di wilayah timur Ethiopia justru terjadi banjir, sedang di Afrika Selatan musim dinginnya yang terparah sejak 80 tahun.
Situasi buruk ini juga terjadi di benua Amerika. Di bulan April kekeringan melanda wilayah timur AS. Bulan Juli kekeringan melanda 40% wilayah AS hingga 45 kebakaran hutan tercatat di Quebec hingga asapnya sampai ke New York yang berjarak sekitar 700 km. Pada bulan Agustus di Kanada tercatat kekeringan terparah sejak dimulainya pencatatan kondisi cuaca 130 tahun yang lalu.
Melelehnya Gletser Mer de Glace di Chamonix Peg. Alpen Perancis (Sumber: Kunz, M, et al, Wenn Zeus zornig wird, Fokus, 3/4/2002 dalam Rachmawan, 2006, Presentasi Kuliah Rekayasa Energi Air, Teknik Fisika UGM)
Berbagai ramalan akan ancaman pemanasan juga dilakukan. Baru-baru ini laporan dari Panel on Climate Change (IPCC) membeberkan dampak pemanasan global, salah satunya adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang yang akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair (Kompas, 12 April 2007). Dari sektor pertanian juga dibeberkan bahwa akan terjadi kegagalan panen yang hingga tahun 2050 akan mengakibatkan 130 juta penduduk, terutama di Asia akan kelaparan. Hal serupa juga terjadi di Afrika yaitu kegagalan panen gandum. Yang patut kita perhatikan adalah dampaknya terhadap kenaikan permukaan laut. Dan ini sudah terbukti dengan adanya bencana tsunami yang terjadi sepanjang tiga tahun, baik di Indonesia maupun di negara lain. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada tahun 2080.
Salah satu anggota IPCC Edmundo de Alba mengatakan bahwa Terusan Panama akan tenggelam sebagai akibat dari mencairnya es di Kutub Utara (Kompas,12 April 2007). Naiknya suhu udara juga akan menyebabkan ketimpangan kondisi alam, disebutkan bahwa dengan meningkatnya suhu udara akan memicu kondisi ekstrem yaitu akan ada wilayah yang kering menjadi bertambah kering dan sebaliknya wilayah basah akan bertambah basah. Hal ini akan mengakibatkan dampak sosial yang berpotensi menimbulkan ketegangan akibat adanya perebutan pembagian air untuk kepentingan industri, pertanian, maupun penduduk.
Kondisi yang paling parah sebagai akibat pemanasan global adalah benua Asia. Diprediksikan bahwa setiap kenaikan suhu udara 2 Celsius akan menurunkan produksi pertanian antara lain di Cina dan Bangladesh sebanyak 30% pada tahun 2050. Kelangkaan air meningkat seiring dengan menurunnya lapisan es pegunungan Himalaya. Salah satu dampak yang paling banyak terjadi di Asia sebagai akibat pemanasan global adalah peningkatan permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut setinggi 1 hingga 3 milimeter setiap tahunnya akan menyebabkan 100 juta penduduk di pesisir pantai akan tenggelam.
Situasi buruk juga akan mengancam beberapa wilayah lain, diprediksikan pada tahun 2030 bencana kekeringan dan banjir akan melanda wilayah Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di wilayah sub Antartika pulau-pulau akan terancam. Di wilayah Amerika Utara akan terjadi peningkatan badai gelombang panas, cuaca yang buruk, dan bencana kekeringan. Bukti adanya dampak pemanasan global juga sudah terasa yaitu dengan adanya kematian manusia dan punahnya beberapa spesies di Asia dan Afrika.
Dampak pemanasan global yang paling terasa bagi negara berkembang seperti Indonesia adalah pada sektor pertanian. Dengan adanya pemanasan global akan mengakibatkan perubahan iklim dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Dampaknya adalah petani sering terkecoh oleh cuaca. Pola tanam yang dilakukan oleh petani yang biasanya dilakukan berdasarkan musim (musiman) seringkali meleset. Sebagai contoh di bulan Oktober sampai Desember sudah terjadi hujan satu sampai dua hari dianggap sudah masuk musim hujan. Padahal sampai Januari hujan tidak turun, akibatnya padi yang sudah ditanam mati kekurangan air. Kegagalan panen terjadi, petani rugi dan harga beras naik.
Peningkatan permukaan air laut sebagai akibat adanya pemanasan global akan berdampak pada kedaulatan suatu negara. Dengan meningkatnya permukaan air laut akan mengakibatkan beberapa pulau-pulau terluar tenggelam sehingga akan menghilangkan batas wilayah suatu negara. Jika batas darat hilang karena kerusakan lingkungan dan pemanasan global, maka dapat dipastikan ruang udara juga tidak dapat diakui sebagai wilayah kedaulatannya (Lilik Slamet S, Agustus 2006). Akibatnya ketegangan terjadi dalam memperebutkan batas wilayah dan nantinya kekuatan militerlah yang berbicara. Sedikit menengok ke belakang bahwa beberapa tahun yang lalu ketegangan terjadi antara Malasyia dan Indonesia dalam memperebutkan batas wilayah. Pertanyaannya adalah, apakah ketegangan tersebut terjadi sebagai akibat adanya pemanasan global? Sebagai perenungan kita semua bahwa dampak adanya pemanasan global sangatlah komplek dan semua itu adalah ulah tangan kita sendiri yang tidak ramah terhadap lingkungan.
REFERENSI
- Budiarto, Rachmawan, 2006, Materi “Kuliah Rekayasa Energi Air”, Teknik Fisika UGM
- Anonim, 2002, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
- www.kompas.com edisi 12 April 2007
- Slamel S, Lilik, 2006, Dampak Kerusakan Lingkungan dan Pemanasan Global Terhadap Status Ruang Udara Nasional Indonesia: Suatu Wacana Untuk Tindakan Antisipasi, Jurnal Teknik Lingkungan Edisi Khusus, Agustus 2006.