Oleh : Bayu Buana Natanegara
Sebagian besar kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Namun dalam pemanfaatannya batubara dalam wujud padat sehingga kurang efisien dalam distribusinya. Efisien dalam arti dari segi ekonomi dan kebersihan lingkungan. Distribusi batubara di darat menggunakan kereta api atau dalam istilah tambang BABARANJANG (Batubara Rangkaian Panjang), kereta api menggunakan bahan bakar yang seharusnya dihemat dimasa krisis energy saat ini, sedangkan distribusi di air menggunakan kapal besar sebagai pengangkutnya yang dalam kondisi tertentu dibantu kapal-kapal kecil untuk keluar dari dermaga. Selain itu batubara mengandung sulfur, nitrogen dan debu dalam jumlah besar sehingga gas buang hasil pembakaran menghasilkan polutan seperti SO2 dan NO2 serta abu terbang. Pembakaran batubara juga menghasilkan CO2 yang beperan dalam pemanasan global.
Penambangan batubara baik secara konvensional maupun non-konvensional berbahaya bagi manusia baik dari segi keselamatan kerja dan kondisi lingkungan. Penambangan batubara menggunakan alat-alat berat yang beresiko besar dalam keselamatan pekerjanya. Lingkungan penambangan pun tercemar. Sungai dan danau tercemar zat asam, udara sekitar pun tercemar debu dan zat-zat beracun lainnya. Kondisi lingkungan seperti ini sangat tidak baik bagi kesehatan makhluk hidup yang berada disekitar lokasi penambangan khususnya. Bergabagi solusi dicari melalui penelitian dan pengembangan untuk mengatasi masalah tersebut.
Salah satu teknologi yang berkembang adalah gasifikasi batubara bawah tanah atau Underground Coal Gasification (UCG) yang aman dan ramah lingkungan. Teknologi ini berasal dari Uni Soviet (sekarang Federasi Rusia) dan ditemukan pada tahun 1933 dan mulai dipergunakan secara komersial di Donez Basin pada tahun 1954 dan di Kuznetz Basin pada tahun 1962 oleh perusahaan Podzemgaz (sekarang bernama Promgaz). Teknologi UCG telah memperlihatkan hasil yang secara teknis dan komersial dapat dipertanggungjawabkan dan sangat menguntungkan.
Underground Coal Gasification, merupakan teknologi pemanfaatan batubara dengan mengkonversikannya secara in-situ menjadi bahan bakar gas dan untuk penggunaan industri kimia lainnya. Proses UCG ini dilakukan melalui injeksi uap dan udara atau oksigen (O2) ke dalam lapisan batubara (coal seam) yang berada di bawah permukaan tanah melalui sumur unjeksi (injection well). Di lapisan batubara bawah tanah akan terbentuk rongga (cavity) dan terjadi proses gasifikasi dan proses kimiawi, di mana batubara tersebut akan terbakar dan menghasilkan gas. Gas ini kemudian disalurkan melalui pipa khusus ke permukaan tanah, di mana terletak instalasi pengolahan gas (gas processing). Sebagian gas bahan sintesis (syngas) bahan kimia, seperti hydrogen, methanol atau bahan kimia gas lainnya. Temperatur dan perbandingan mol O2 dan H2O mempengaruhi dalam kualitas gas hasil proses gasifikasi batubara bawah tanah sehingga dapat diperoleh gas hasil dengan fraksi mol H2 terbesar atau gas keluaran dengan nilai kalor gas hasil tertinggi. Gas keluaran proses gasifikasi batubara dapat juga digunakan sebagai bahan utama pembangkit listrik.
Teknologi UCG merupakan teknologi ramah lingkungan yang tentunya akan membawa maslahat bagi umat manusia, hal-hal yang menguntungkan antara lain:
- Tidak adanya hal-hal negatif, seperti debu, kebisingan dan dampak negatif lainnya yang kasat mata di permukaan tanah.
- Risiko polusi air yang rendah di permukaan tanah
- Mengurangi emisi methan
- Minimnya pengelolaan kotoran dan bahan buangan lainnya
- Tidak adanya proses pencucian batubara
- Tidak perlunya tempat penumpukan dan transportasi
- Pemakaian ruang kegiatan yang kecil di stasiun pembangkit listrik
- Kondisi kesehatan dan keamanan (safety) yang baik
Pembangkit listrik ramah lingkungan dan mempunyai efisiensi tinggi adalah Integrated Gasification Coal Combined (IGCC) yang menggunakan batubara dalam bentuk gas atau lebih dikenal dengan sebutan synthetic gas (syngas). Gas hasil gasifikasi batubara mengalami proses pembersihan sulfur dan nitrogen. Sulfur yang masih dalam bentuk H2S dan nitrogen dalam bentuk NH3 lebih mudah dibersihkan sebelum dibakar dari pada sudah dalam bentuk oksida dalam gas buang. Sedangkan abu dibersihkan dalam reaktor gasifikasi. Gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang bakar dan kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG (setelah turbin gas) digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator dan sebagian masuk ke gasifier untuk menghasilkan gas sintetis. Efisiensi IGCC lebih tinggi 5 – 10% dari efisiensi PLTU konvensional yang hanya memiliki efisiensi berkisar antara 33 – 36%.
Toko Jual Baju Rajut Murah dari bandung. Dapatkan update barang setiap hari.