Oleh : Thomas Ari Negara
Pengembangan energi terbarukan di DIY dilakukan selain bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil, juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah terpencil/tertinggal yang belum bisa grid-connection ke PLN. Hal ini sesuai dengan PP No 3 tahun 2005 yang menyatakan bahwa penyediaan energi listrik untuk daerah tertinggal dan terisolir menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan pusat.
Melihat potensi dan kebutuhan penyediaan energi di DIY, maka pemerintah DIY melakukan kerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi) untuk mengembangkan Techno Camp di daerah Pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Techno Camp merupakan sebuah area yang dikhususkan untuk pengembangan energi terbarukan. Pada area Techno Camp ini dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin, pembangkit listrik tenaga surya yaitu photovoltaic, pengembangan energi biomassa dan pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Ini merupakan proyek penelitian yang dilakukan oleh BPPT dan yang pertama di Indonesia.
Selain dengan pengembangan Techno Camp, pada tahun 2007 pemerintah juga telah memulai mengembangkan energi terbarukan dengan menggunakan alokasi dana APBN dibawah Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi (DJLPE) dan Yogyakata merupakan salah satu daerah yang menjadi target dari pemerintah pusat. Untuk daerah Yogyakarta, energi terbarukan yang telah dikembangkan adalah PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro), PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Untuk PLTMH, daerah yang memiliki potensi cukup besar adalah Kabupaten Sleman. Bapedda Kabupaten Sleman pada tahun 2004 dan 2005 telah melakukan kerjasama dengan UGM untuk melakukan studi potensi PLTMH di daerah Sleman. Studi potensi tersebut dilakukan antara lain dilakukan di sepanjang Selokan Van Der Vich dan Selokan Mataram, dan dari studi potensi ini diperoleh hasil bahwa potensi pengembangan PLTMH untuk daerah Sleman cukup besar. Potensi PLTMH ini memiliki orde dari puluhan hingga ribuan watt. Selain di sepanjang kedua selokan tersebut daerah yang juga memilki potensi pegembangan PLTMH adalah daerah Turi dan Minggir.
PLTMH yang dibangun di daerah Girikerto Turi memiliki head sekitar 10 meter dengan daya terpasang sekitar 4000 Watt. PLTMH ini pertama dibangun pada tahun 2003 dan mulai beroperasi pada tahun 2005. Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTMH ini juga dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat lokal. Untuk sementara energi listrik yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik tiga rumah. Dalam pengoperasian dan perawatan PLTMH ini melibatkan penduduk setempat. Hal ini penting karena pengelolaan yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat menentukan keberlangsungan PLTMH yang sudah dibangun di daerah tersebut.
Daerah lain yang juga sedang dibangun PLTMH adalah di daerah Minggir, hanya saja proyek ini belum dapat beroperasi karena masih dalam proses pembangunan (sumber : Dinas Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam, Kab. Sleman)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Yogyakarta memiliki potensi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya. Potensi ini dapat dilihat dari pola radiasi surya di daerah Yogyakarta yang cenderung stabil, yaitu sekitar 4,8 kWh/m2/hari. Pada beberapa lokasi di Yogyakarta telah dikembangkan pembangkit listrik tenaga surya, seperti di daerah pantai Parang Kacuk, Baron, Gunung Kidul. Pengembangan PLTS ini dikembangakan oleh pihak BPPT bekerja sama dengan pemerintah daerah Gunung Kidul.
Daerah Prambanan juga memiliki potensi untuk dikembangkannya PLTS. Pada beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan photovoltaic untuk rumah penduduk yang belum memiliki grid-connection ke PLN. Daya yang dihasilkan sekitar 200 Watt dengan investasi sebesar Rp.5.000.000,00 untuk setiap unit sistem lengkapnya. Proyek ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di salah satu daerah terpencil di Prambanan.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTAngin)
Di Yogyakarta telah mulai dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Ada beberapa daerah yang berpotensi antara lain di daerah Srandakan, Samas, Sadeng, Parangtritis dan Baron.
Saat ini pembangkit listrik tenaga angin telah dikembangkan oleh LAPAN (Lembaga Penelitian dan Antariksa) dan PSE (Pusat Studi Energi) UGM.
LAPAN telah mendirikan PLTAngin di daerah Samas, Sadeng, Parangtritis, Srandakan dan Baron. Namun PLTAngin yang dikembangkan tersebut tidak dapat bekerja secara efektif karena tidak sesuai dengan potensi angin Yogyakarta. Yogyakarta hanya memiliki potensi angin dengan kecepatan 3-5 m/s (sangat kecil), sehingga untuk kecepatan angin seperti itu sebaiknya menggunakan kincir dengan low speed, turbin VAWT (Vertical Axis Wind Turbine), generator low rpm dan sistem pemasangan stand alone.
Sedangkan, PSE UGM berkonsentrasi pada studi potensi energi angin di daerah Yogyakarta. Pada tahun 2004 PSE telah melakukan kajian mengenai potensi pemanfaatan energi angin di DIY dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan angin di wilayah selatan DIY pada ketinggian 20 meter adalah 3-5 m/s. Hasil kajian PSE akan dijadikan untuk menentukan lokasi yang paling layak untuk dibangun instalasiPLTAngin.
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut terbesar dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi gelombang 19 kW/panjang gelombang. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya melalui BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai) yang berlokasi di Fakultas Teknik UGM. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column). BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba untuk beroperasional memiliki efisiensi 11%.
Pada tahun 2006, pihak BPDP – BPPT kembali membangun OWC dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda. Dengan harapan, energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.
Pembangkit listrik Tenaga Biomasa
Pengembangan energi biomassa khususnya biogas telah dikembangkan di daerah Yogyakarta Utara dan di daerah Pantai Selatan Yogyakarta yaitu di Baron, Gunung Kidul. Upaya pengembangan energi biomassa yaitu dengan penanaman pohon jarak di daerah Pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Sedangkan penelitian energi biomassa dari alga telah dilakukan oleh mahasiswa Teknologi Pertanian UGM. Mereka berusaha mengekstraksi minyak alga untuk mendapakan produk akhir berupa biodiesel.
Referensi
- Boyle, G., Renewable Energy, New York, Oxford University Press, 2000.
- Laporan Teknis Penelitian dan Pengembangan Kelistrikan (Oscillating Water Column), BPDP-BPPT, 2005
- Paper Kebijakan Energi, Jurusan Teknik Fisika UGM, 2006
😉
patut di coba…
tapi gimana cara buatnya???? ❓
sempat ikut bangun bronjongnya dgn ngawasin pengelasan chamber OWCnya dlu wktu masih jaman magang kuliah. tapi gk tau ini prototipe dilanjutin gk sama BPDP soalnya penelitiannya masih sekala prototype belum skala realnya.
mudah2an masih dilanjutin soalnya klo lihat yg pnya luar negri skalanya sdh gede2 semua, termasuk listrik yg dihasilkan juga gede